Nasional, Newsinkalteng.co.id - Bagaimana mau mendukung perdamaian Israel Palestina jika di Indonesia masih ada intoleransi dan terorisme, " di mana Pancasilanya?!" Ungkap Dr. Corni Rahakundini dengan nada mempertanyakan. Dalam video berisi wawancara tersebut, peran Indonesia dalam mendukung perdamaian Palestina dan Israel, bagi Corni adalah pengertian terhadap Israel. Bagi Corni perlu mengerti sejarah terkait keberadaan Israel di Palestina.
Singkatnya, dalam video tersebut dua syarat untuk diplomasi Indonesia terhadap masalah Israel Palestina yaitu membenahi diri atau internal Indonesia terkait toleransi agar dapat mengambil peran meyakinkan khususnya terhadap Israel yang menduduki Palestina. Selain itu, faktor sejarah menjadi penting untuk mengerti akar persoalan di sana.
Namun poin yang membawa kebingungan penonton viedoa tersebut adalah sikap mempertanyakan Sang Doktor terhadap posisi Pancasila. Ketika pengalaman spiritual yang tentunya bersifat pribadi, sedemikian rupa dijadikan kaidah untuk menimbang posisi ideologi suatu negara.
Pengalaman spiritual Corni dalam mengunjungi Gereja dan Masjid al-Aqsha menjadi pembenaran sikap mempertanyakan pengalaman spiritual masyarakat Indonesia terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai bagian pengamalan sekaligus Sila Pertama pada Pancasila.
Sikap mempertanyakan Pancasila lantaran persoalan yang ditemukan dirasa tidak sinkron dengan pengalaman pribadi, sehingga beberapa persoalan yang terjadi menjadi barometer untuk mengukur suatu ajaran sebesar Pancasila.
Sekali lagi, video yang berjudul "Dr. Corni Cerita Pengalaman Spiritualnya saat masuk ke Gereja dan Masjid al-Aqsha adalah cara yang perlu dievaluasi untuk memberi edukasi kepada masyarakat Indonesia. Tidak dengan langkah (dialektika) negatif yang tidak semua orang mengerti atau bersedia mentafsir maksud pembicara dengan mengabaikan usaha (dialektika) positif yang semestinya.
Kondisi Indonesia yang memiliki akar kuat tumbuh sebagai negara yang melalui pengakuan Palestina sebagai negara pertama akan kemerdekaan Republik ini. Selain itu, persoalan agama penting untuk dipahami sebagai hal sensitif, dalam konteks ini terkait otoritas serta kepantasan seseorang untuk angkat bicara terkait hal tersebut.
Maka langkah ini perlu untuk disampaikan sebagai pengingat kepada semua pihak yang hendak menyampaikan pesan perdamaian termasuk politik, diplomatik peperangan untuk memahami secara komprehensif, holistik dan sistematis. Persoalan Palestina dan eksistensi Bangsa Yahudi di sana tidak dapat semata mengandalkan rasa mengerti saja. Namun pemahaman yang sungguh dan meliputi poin-poin filosofis di atas.
Penulis Oleh: Nazwar, S. Fil.
I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)