Buaya Sapit Milik Jurnalis Hartany Soekarno Diserahkan ke BKSDA Kalteng Sebagai Upaya Pelestarian


Palangka Raya, Newsinkalteng.co.id – Seekor buaya betina jenis Sapit/Senyulong (Tomistoma schlegelii), yang telah dipelihara selama lebih dari 20 tahun oleh jurnalis Hartany Soekarno, resmi dihibahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Buaya yang diberi nama "Si Kubu" ini diserahkan kepada pihak BKSDA dalam sebuah seremoni pada Senin, 30 September 2024 siang, sebagai bagian dari upaya pelestarian satwa langka.

Hartany Soekarno menemukan Si Kubu pada tahun 2002 di daerah Kotawaringin Barat, saat masih bayi dengan panjang sekitar 25 cm. Buaya tersebut ditemukan di samping induknya yang telah mati akibat jebakan ikan. Sejak saat itu, Hartany merawat dan memelihara buaya tersebut dengan penuh perhatian.

Dalam keterangannya, Hartany menjelaskan bahwa keputusan untuk menyerahkan Si Kubu kepada BKSDA diambil demi kebaikan satwa tersebut. "Saya berharap Si Kubu dapat dirawat lebih baik lagi dan menjadi media edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya melestarikan satwa liar," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa buaya jenis ini hidup di rawa dan sering berjemur di daratan, serta makanan favoritnya adalah ikan hidup.


Agustan Saining, Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah, menyampaikan apresiasinya atas hibah tersebut. "Kami berterima kasih kepada Bapak Hartany yang telah menghibahkan Si Kubu. Buaya ini akan menjadi bagian penting dari edukasi masyarakat, terutama karena satwa ini merupakan hewan yang dilindungi," kata Agustan.

Sementara itu, Junaedy Slamet Wibowo, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Palangka Raya, menghimbau masyarakat untuk menyerahkan satwa liar yang mereka temukan atau pelihara kepada pihak berwenang. "Siapa pun yang menemukan atau memelihara satwa liar, kami harap dapat menyerahkannya ke BKSDA agar satwa tersebut bisa dikembangbiakkan dan tidak punah," tuturnya.

Dengan adanya hibah ini, Si Kubu diharapkan dapat memainkan peran penting dalam upaya konservasi dan menjadi simbol edukasi pelestarian satwa langka di Kalimantan Tengah. [Hlm/Red]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama