Palangkaraya, Newsinkalteng.co.id – Musyawarah Wilayah (Muswil) II Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) se-Kalimantan Tengah yang digelar pada tahun ini mengusung tema "Hapumpung Palampang Tarung Muswil II TBBR Se-Kalteng". Dengan subtema yang menggaungkan Perjanjian Tumbang Anoi 1894, acara ini menjadi panggung penting untuk memperkuat semangat persatuan masyarakat Dayak melalui filosofi Huma Betang.
Panglima Jilah, yang memiliki nama lengkap Agustinus Jilah, hadir sebagai salah satu tokoh utama dalam acara ini. Dalam pidato inspiratifnya, Panglima Jilah menekankan pentingnya persatuan di antara masyarakat Dayak. Menurutnya, persatuan dan kebersamaan akan mengantarkan generasi Dayak ke masa depan yang lebih cerah dan mampu bersaing di tingkat nasional.
“Saya yakin, dengan persatuan yang kuat, anak-anak kita di Kalimantan Tengah akan mampu bersaing secara nasional. Jangan pernah merasa rendah diri, karena kita memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai impian. Kita harus merajut cita-cita dengan semangat yang kuat,” ungkap Panglima Jilah dengan penuh semangat.
Ia juga menekankan pentingnya mempertahankan budaya dan tradisi Dayak di tengah kemajuan zaman. Panglima Jilah mengingatkan, banyak negara seperti Cina dan Jepang yang tetap menjaga budaya mereka meskipun telah maju secara teknologi dan ekonomi. Ia mengajak masyarakat Dayak untuk tetap bangga dan menjaga adat mereka di mana pun mereka berada.
“Banyak di antara kita yang mulai melupakan tradisi dan menganggapnya kuno. Tapi, kalau tidak ada yang kuno, tidak mungkin ada kemajuan. Saya ingin mengajak semua masyarakat Dayak untuk bersatu membangun Dayak yang kuat, mandiri, dan hebat,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, juga menyampaikan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Kalimantan Tengah, khususnya di kalangan generasi muda. Menurut Agustiar, tantangan utama yang dihadapi adalah minimnya kualitas SDM yang merata di seluruh wilayah, baik di desa maupun kota.
“Kita perlu memastikan bahwa pengembangan SDM di Kalimantan Tengah merata. Generasi muda perlu didorong untuk terus melestarikan budaya Dayak meskipun kita hidup di era modern. Salah satu rencana kami adalah memasukkan pendidikan adat Dayak ke dalam kurikulum sekolah-sekolah agar anak-anak kita tetap mengenal dan bangga akan budaya mereka,” kata Agustiar Sabran.
Muswil II TBBR ini menjadi momen penting untuk membangkitkan kembali semangat persatuan dan kebersamaan dalam masyarakat Dayak. Dengan berlandaskan filosofi Huma Betang, acara ini mengingatkan bahwa persatuan adalah kunci utama untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.[Hlm/Red]